Kamis, 03 Desember 2020

ARTIKEL PENGELOLAAN HAMA TERPADU DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

 ARTIKEL PENGELOLAAN HAMA TERPADU DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

DISUSUN OLEH:

Nama : APRI YULIYANTO

Alamat Domisili : Saptomulyo, Kec.Kota gajah, Kab.Lampung Tengah

Nomor HP : 081632747211

Email : Apriyul9@gmail.com

AKADEMI KOMUNITAS PERKEBUNAN STIPER YOGYAKARTA

PENGELOLAAN HAMA TERPADU DI PERKEBUNAN SAWIT




Pengendalian hama terpadu adlah satu konsep atau cara berfikir dalam upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan hama dengan menerapkan berbagai teknik pengendalian yang dipadukan dalam satu kesatuan untuk mencegah kerusakan tanaman dan timbulnya kerugian secara ekonomis serta mencegah kerusakan lingkungan dan ekosistem. Dengan kata lain, pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama dengan penyakit tanaman dengan pendekatan ekologis yang bersifat multi disiplin untuk mengelola populasi hama dengan menerapkan berbagai teknik pengendalian yang kopetibel. Konsep pengendalian hama terpadu diperlukan untuk menjamin proses pembangunan pertanian dengan mengedepankan pelestarian lingkungan dan menjamin kesehatan manusia. Sistem pngendalian hama terpadu merupakan suatu teknologi pertanian yang bersahabat dengan alam, memantapkan tahap produksi yang telah dicapai meningkatkan efisiensi input.

Hama dan penyakit tanaman adalah semua jenis organisme pengganggu tanaman yang dapatmenimbulkan kerusakan fisik yang dianggap merugikan dan tidak diinginkan kehadirannya dalam kegiatan bercocok tanam. Dalam dunia pertanian istilah hama sering dikonotasikaan sebagai organisme pengganggu tanaman yang kasat mata , yaitu Hewan. Misalnya adalah kutu, belalang, burung, tikus dan lain sebagainya. Sementara pnyakit diartikan sebagai bentuk kerusakan fisik tanaman yang disebabkan oleh organisme yang tidak kasat mata , yaitu bakteri dan jamur.untuk mencegah kerugian atau melindungi tanaman dari kerusakan yang disebabkan oleh hama dan penyakit diperlukan tindakan pencegahan dan pengendalian secara tepat dan benar. Namun sayangnya, hangga saat ini banyak diantara kita masih menganggap pestisida sintesis kimia adalah satu-satunya solusi untuk melindungi tanaman dari kerusakan. Padahal penggunaan pestisida kimia memiliki dampak yang buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Petisida kimia jika digunakan secara terus menerus dan tidak terkendali dapat menyebabkan resistensi hama terhadap suatu bahan aktif pestisida. Lebih parahnya lagi , aplikasi pestisida kimia dapat menimbulkan resurjensi hama, yaitu peledakan atau peningkatan populasi hama secara cepat. Untuk menyelamatkan manusi dan lingkungandari efek negatif pestisida kimia maka diperlukan sebuah konsep pengendalian hama yang sehat dan ramah lingkungan yang dikenal sebagai sistem Pengendalian Hama Terpadu(PHT).

Pada sistem Pengendalian Hama Terpadu(PHT) Adalah sebagi berikut, Pemanfaatan agenhayati dalam pemeliharaan tanaman, konsep pengendalian hama penyakit dan hama yang diterapkan di perkebunan kelapa sawit adalah pengendalian hama terapadu (PHT). Dalam konsep ini, pengendalian hayati merupakan prioritas karena mempunyai sifat yang lebih ramah di lingkungan dan berkesinambungan.Teknik pengendalian hayati adalah dengan mengembangkan musuh alami dari hama atau penyakit kelapa sawit.

Adapun beberapa hama pada tanaman kelapa sawit:

 Hama perusak akar, nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus, serangga Macrotermes gilvus dan Captotermescurvignatus.

 Hama perusak daun, kumbang malam,ulat api dan ulat kantong.

 Hama perusak tandan buah, ulat tandan dan tikus.

 Hama perusak batang, kumbang tanduk,babi hutan dan landak.

Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk makhluk atau organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. Pengendalian hama berumur setidaknya sama dengan pertanian,lantaran petani perlu memperhatikan tanamannya dari serangan hama. Untuk memaksimalkan hasil produksi, tanaman perlu dilindungi dari tanaman dan hewan yang dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.

Pengendalian hama secara biologis dilakukan dengan menggunakan predator dan parasit alami hama tersebut. Tujuan pengendalian hama biologis adalah mengeliminasi hama dengan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia yang sedikit mungkin

Ada beberapa musuh alami untuk pengelolaan dan pengendalian hama serta membasmi penyakit pada kelpa sawit,

1. Burung hantu



Burung hantu sebagai musuh alami tikus, kenapa harus burung hantu? Burung hantu lebih efektif karena jangkauannya seluas 20 ha. Kandang burung hantu diletakkan di tengah areal tersebut. Selain itu burung hantu mempunyai sifat kembali ke kandangnya. Jadi walaupunburung hantu terbang mengitari kebun, dia bakal kembali lagi ke sarangnya . Perawatan burung hantu juga tidak sulit dan terbukti efektif mengendalikan hama tikus. Salah satu yang harus diperhatikan oleh pengelola kebun kelapa sawit jika menggunakan burung hantu yaitu, jangan membuat kandang burung hantu dekat dengan sumber cahaya. Halini bisa membuat burung hantu stress.

2. Bunga pukul 9



Sebagai inang bagi predator yang membasmi ulat api. Bunga pukul 9 merupakan inang merupakan inang bagi serangga yang merupakan musuh alamidari ulat api. Bunga pukul 9 ditanam disekitar areal kebun. Penggunaan bunga pukul 9 sebagai tanaman parasit membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 3 bulan.

3. Kotoran Harimau

sebelumnya berawal darimana,hanya masyarakat di daerah bukittinggi sumatera barat saja yang baru mengetahui cara ini . Selama ini mereka membeli kotoran harimau ke kebun binatang dikota bukittinggi . Kotoran binatang tersebut tidak cukup untuk menampung permintaan petani. Kotoran harimau disini semakin banyak digunakanoleh petani, karena penggunaanya tidak membutuhkan biaya yang besar. Jika tidak menggunakan kotoran harimau petani harus memagar seluruh kebun kelapa sawitnya dan itu membutuhkan biaya yang besar. Kotora harimaun tersebut diletakkan disekitar perkebunan. Jika babi ingin mengganggu tanaman kelapa sawit dan mencium kotoran tersebut , mereka tidak berani mendekat. Mungkin babi menyangka harimau ada di sekitar kebun tersebut.

4. Jamur Metarhizium

Merupakan jamur patogen pada berbagai jenis serangga. Kurang lebih ada sekitar 200 spesies serangga terutama yang hidup di dalam tanah dapat di infeksi oleh jamur Metarhizium.

5. Jamur Trichoderma

Merupakan jamur yang menjadi musuh alami dari Ganoderma . Trichoderma memiliki pertumbuhan yang cepat dan agresif. Di alam, sebenarnya Trichoderma sudah ada dan tersedia, tetapi populasinya menurun bahkan habis sebagai akibat dari penggunaan produk-produk kimia yang berlebihan dan tidak bijak. Untuk itu perlu dilakukan manipulasi kultur teknis, salah satunya dengan mengintroduksi Trichoderma yang sudah terseleksi dan memiliki virulensi yang tinggi terhadap Ganoderma. Cara kerjanya yaitu menghancurkan dinding sel jamur Ganoderma menggunakan enzim kitinase dan glukanase, menghambat pertumbuhan jamur sasaran menggunakan metabolik sekunder yang bersifat antibiotik, dan juga dengan menguasai dan perebutan ruang tumbuh.

Pengendalian hama secara mekanis, adalah pengendalian hama yang dilakukan secara langsung dengan menggunakan tangan maupun dengan bantuan alat dan mesin pertanian, juga memasnang pelindung antara tumbuhan. Gulma bisa dihilangkan dari lahan pertanian dengan pengelolaan tanah (pembajakan). Pembajakan mengangkut tanah beserta tumbuhan yang hidup di atasnya lalu membalikannya, sehingga akar tumbuhan akan terekspos udaradan sinar matatahari, dan daun gulma tertimbun tanah.Pada tanaman kelpa sawit biasanya dapat dilakukan dengan pembuatan piringan dan diwilayah piringan ini nanti yang akan rutin untuk dibersihkan dari hama gulma bisa dengan menggunakan cara mekanis.

Pengandalian hama dengan cara Menggunakan Siklus Perkembangbiakan, serangga dan hama dapat hidup dan berkembang biak ditempat selain lahan pertanian, misal di saluran irigasi (siput/keong). Drainase dan manajemen sumber daya air yang baik dapat mengganggu perkembang biakan hama yang hidup di air. Sampah sisah pertanian diketahui dapat menjadi sumber makanan bagi hama tikus, sehingga tikus masih dapat hidup meski buah pada kelpa sawit sedang tidak ada atau kelapa sawit sedang tidak dalam musim panen. Pasca panen lebih baik untuk mencegah hal ini.

Pestisida, penyemprotan pestisida ke lahan pertanian merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam mengendalikan hama. Meski demikian,penggunaan pestisida diketahui dapat banyak memiliki dampak bagi kesehatan pada manusia dan juga padalingkungan. Fumigasi adalah penyemprotan pestisida dalam wujud gas di ruang tertutup sehingga hama dan pestisida tidak keluar dari lingkungan dalam jumlah yang signifikan.Fumigasi menyerang hama pada berbagai tahap perkembangannya dari mulai masih telur hingga serangga dewasa

. Walaupun terdapat dampak yang tidak baik bagi manusia dan lingkungan, termasuk herbisida, sering kali digunakan di perkebunan perkebunan kelapa sawit .



1. Paraquat

Telah digunakan selama lebih dari 40 tahun,baik diperkebunan besaratau kecil. P araquat dichloride, yang dikenal secara sederhana sebagai ‘paraquat’, adalah salah satu jenis herbisida yang banyak digunakan di dunia. Di Indonesia, ‘paraquat’ dijual dengan nama Gramoxone. Bahan pemusnah ilalang yang sangat beracun ini umum di gunakan di perkebunan-perkebunan kelapa sawit di asia tenggara. Zat yang dikandung sangat berbahaya apabila terhirup, tertelan atau terserap melalui kulit. Sampai sekarang belum ada penawar racun pada paraquat apabila terkena racunnya.

2. Glifosat

Dengan semakin banyaknya larangan dan batasan penggunaan paraquat, glifosat mulai mengambil peran sebagai ‘ratu herbisida’ . Selain itumeski kadarracun pada glifosat lebih rendah dari pada paraquat, beberapa surfaktar (zat pencair) yang digunakan dalam persiapan penyemprotan sangat beracun. Salah satu jenis glifosat adalah Roundup, adalah salah satu jenis herbisida berbasis glifosatyang sering digunakan di seluruh dunia, termasuk tanaman rekayasa genetikayang dapat di tolerir. Beberapa buruh perkebunan menggunakan glifosat mengalami masalah pada kehamilan . Selain keprihatinan atas kesehatan dan keselamatan parapekerja perkebunan, trdapat masalah pencemaran air berhubungan dengan penggunaan herbisida glifosat dan paraquat. Para produsen zat zat tersebut menyatakan bahwa unsur kimiawi yang dikandung tidak berbahaya bagi manusia dan alam sekitarnya karena setelah penyemprotan zat-zat itu akan segera diserap oleh tumbuhan dan kehilangan kekuatannya setelah bersentuhan dengan tanah. Namun, di beberapa wilayah di indonesia yang mana curah hujan sangat tinggi, herbisida dapat merembes ke sungai yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga,termasuk minum, bagi penduduk sekitar perkebunan. Selain itu,herbisida tersebut tidak dapat terserap oleh tanah yang berpasir.

Dari penjelasan diatas tentang berbagai macam hama tanaman yang menyerang dan mengganggu tanaman kelapa sawit dapat disimpulkan bahwa produktifitas dan hasil produksi tanaman turut dipengaruhi oleh serangan hama. Masing-masing hama memberikan serangan dan gejala berbeda-beda pda setiap bagian tanaman kelapa sawit. Hama yang paling sering di jumpai pada tanaman kelapa sawit adalah ulat api,dan tikus sebagi hama mamalia yang paling banyak di jumpai. Untuk pengendalian hama yang menyerang dapat dikendalikan dengan pelepasa predator dari hama itu sendiri, untuk menghindari ledakan penyerang tanaman ini. Dalam penggunaan pestisida maupun bahan kimia lain yang digunakan untuk mengendalikan hama tanaman menggunakan dosis yang sesuai dengan kebutuhan agar tidak terjadi resistensi pada hama itu sendiri, resistensi yaitu adalah suatu kondisi dimana hama sudah kebal atau tahan terhadap bahan kimia yang digunakan atau dosis bahan kimia tersebut.

Daftar Pustaka

https://sawitindonesia.com/penanaman-dan-pengendalian-hama-kelapa-sawit/

https://mitalom.com/pengertian-prinsip-dasar-dan-konsep-pengendalian-hama-terpadu-pht/

https://oilpalmteamwwfriau.wordpress.com/2013/09/20/musuh-alami-pembasmi-hama-kelapa-sawit/ https://www.academia.edu/37921115/TUGAS_AKHIR_Manajemen_dan_Teknik_Pengendalian_Hama_Terpadu_pada_Tanaman_Kelapa_Sawit_Elaeis_guineensis_Jacq._di_PT_Pranasta_Abadi_Kecamatan_Pagar_Dewa_Kabupaten_Tulang_Bawang_Barat.pdf

http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/penggunaan-pestisida-di-perkebunan-kelapa-sawit

https://sawitindonesia.com/memilih-produk-trichoderma-yang-tepat-untuk-pengendalian-penyakit-ganoderma-di-perkebunan-kelapa-sawit/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pengendalian_hama

Tidak ada komentar:

Aku Ingin Selalu Jadi Bocah Kecilmu...

Aku tak pernah menyadari, bahwa waktu cepat berlalu dan berganti. Hingga aku tersadar, bahwa aku tak selamanya berada di tempat dan posisi y...